1) Macam-Macam Energi Fosil
a.
Batubara
Batubara merupakan sumber energi yang berasal dari fosil tumbuhan yang
telah mati berjuta-juta tahun yang lalu. Fosil tumbuhan tersebut mengalami
berbagai macam proses, diantaranya proses geologi dan kimia yang kemudian
menghasilkan batubara. Banyak pembuktian yang mendukung bahwa tumbuh-tumbuhan
sebagai unsure awal terjadinya batubara (American Chemical Society,1987).
Selama ini batubara di Indonesia
diklarifikasikan menurut nilai kalorinya menjadi tiga yaitu kalori rendah,
kalori sedanh, kalori tinggi. Batubara sebagai sumber energi primer memberikan
kontriobuasi terbesat untuk pembangkit listrik di Indonesia.
b.
Minyak Bumi
Minyak bumi (bahasa
Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus
– karang dan oleum – minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam,
adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang
berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak Bumi. Minyak bumi terdiri
dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian
besar seri alkana,
tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
c.
Gas Alam
Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil
berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4).
Ia dapat ditemukan di ladang minyak,
ladang gas bumi dan juga
tambang batu bara.
Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri
anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia
disebut biogas. Sumber biogas
dapat ditemukan di rawa-rawa,
tempat pembuangan akhir sampah,
serta penampungan kotoran manusia
dan hewan. Komponen utama
dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai
terpendek dan teringan.
Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat
seperti etana (C2H6),
propana (C3H8)
dan butana (C4H10),
selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga
merupakan sumber utama untuk sumber gas helium. Metana adalah gas
rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika
terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber
energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon,
memproduksi karbon
dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas
ke udara relatif hanya berlangsung sesaat.
2) Manfaat Energi Fosil Sebagai Pembangkit
Listrik
Berbagai
macam manfaat energi fosil dalam kehidupan ini, seperti contohnya digunakan
dalam dunia industri, transportasi dan berbagai macam laiannya. Konsumsi energi
fosil sangat lah besar, sehingga menyebabkan persediaan energi fosil semakin
menipis. Salah satu akibat tingginya angka pertumbuhan penduduk pada suatu
daerah adalah naiknya kebutuhan energi listrik.
a)
Energi fosil yang paling banyak digunakan sebagai
pembangkit listrik adalah batubara. Batubara
merupakan salah satu bahan bakara fosil yang banyak digunakan untuk pembakit
listrik. Listrik dibangkitkan denggan cara batubara dibakar untuk memanaskan
air dalam bejana guna menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan akan memutar turbin
dan menghsilkan listrik. Hal ini juga hampir sama dengan penggunaan minyak bumi
sebagai pembangkit energi listrik.
b)
Bentuk sederhana pembangkit tenaga
listrik dengan bahan bakar gas alam adalah turbin gas.
Dalam bentuk sederhana ini, gas buangnya masih mempunyai temperatur
yang relatif tinggi (sekitar 540 OC) dan masih dapat dibentuk satu
siklus uap yang disebut gas combined
cycle. Turbin gas terdiri atas
kompresor, ruang bakar, turbin dan generator. Kompresor
memampatkan udara dari luar menjadi udara yang bertekanan tinggi sekitar 10 bar sampai 15 bar dan diumpankan ke ruang bakar. Gas alam
diinjeksikan melalui ozzle ke ruang bakar. Bersama-sama dengan udara bertekanan
tinggi, gas alam dibakar di ruang bakar. Gas hasil pembakaran mempunyai temperatur sekitar 1000oC dan dialirkan ke turbin yang akan
menggerakkan rotor yang dihubungkan dengan generator listrik.
Gas turbin mempunyai efisiensi yang rendah. Dengan makin
meingkatnya kebutuhan tenaga listrik, dibutuhkan juga
pembangkit tenaga listrik yang mempunyai efisiensi yang
tinggi untuk menghemat pemakaian bahan bakar. Pembangkit
tenaga listrik dengan gas combined cycle merupakan pemecahannya dan dapat mencapai
efisiensi termal sebesar 50 %.
3) Dampak Negatif Penggunaan Energi Fosil
Terhadap Aspek-Aspek Kehidupan
Sebagai negara kepulauan yang
terletak di daerah equator, Indonesia
rentan
terhadap
dampak pemanasan
global dan
perubahan
iklim. Oleh karena itu, meski
tidak memiliki
kewajiban spesifik untuk mengurangi emisi GRK, Indonesia perlu berpartisipasi dalam upaya kolektif dunia mengurangi konsentrasi GRK di atmosfer bumi. Usaha pengurangan konsentrasi
GRK memiliki kaitan yang sangat erat dengan masalah penyediaan energi, karena mayoritas GRK berasal dari pembakaran bahan
bakar fosil. Di
sisi
lain, harga energi
merupakan
isu
sensitif, baik
dari segi pertumbuhan ekonomi ataupun sosial politik. Oleh karena itu, pertumbuhan energi yang berkelanjutan memiliki
tiga dimensi
yang saling
terkait, yakni ketahanan energi
domestik, pertumbuhan ekonomi, dan aspek lingkungan
hidup.
Ditinjau dari jumlah produksi
dan cadangan bahan bakar fosil yang tersedia, Indonesia perlu segera beralih dari ketergantungan terhadap minyak bumi. Bila dilihat dari faktor lingkungan, jumlah cadangan,
dan teknologi, gas alam merupakan bahan bakar yang sesuai untuk
menggantikan posisi
minyak bumi di sektor
transportasi,
industri, dan
rumah
tangga.
Dari kacamata
aspek ekonomi dan
jumlah
cadangan
sumber energi, dapat dipahami terjadinya peningkatan
penggunaan batubara. Namun dari segi aspek lingkungan hidup, peningkatan
penggunaan batubara tanpa intervensi teknologi untuk menurunkan emisi pembakaran batubara bertentangan dengan semangat
penanggulangan pemanasan
global
dan perubahan
iklim.
Di masa mendatang, tingginya kebutuhan domestik pada gas alam dan batubara menuntut adanya
pengarusutamaan kebutuhan domestik
dibandingkan ekspor. Berbagai
macam dampak negatif penggunaan energi fosil dalam kehidupan dan pembangkit
listrik tenaga fosil.
a.
Dampak Sumber Daya Alam
Dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik maka akan dibutuhkan
pembangunan pembangkit yang lebih banyak sehingga akan berakibat pada
exploitasi SDA yang semakin meningkat. Hal ini berdampak pada menurunnya
cadanggan SDA yang ada. Sumber daya energi khususnya yang tidak terbaharuukan seperti
minyak, gas, batubara semakin lama akan
semakin berkurang sesuai dengan pemakaian yang terus meningkat. Hal itu
menyebabkan krisis energi. Dibawah ini adalah data tahun 2005 cadangan energi
fosil Indonesia.
Energi
|
Total
Cadangan
|
Cadangan
Terbukti
|
Produksi
|
Perbandingan
|
Minyak
|
9,6
Milyar bbl
|
5 Milyard bbl
|
0,5 Milyard bbl
|
23
tahun
|
Gas
|
170
TSCF
|
87
TSCF
|
2,9
TSCF
|
62
tahun
|
Batubara
|
38
Milyar
Ton
|
6.5
Milyard
Ton
|
73
Juta Ton
|
146
tahun
|
Tabel 1. Cadangan Energi Fosil Indonesia Tahun 2005
b.
Dampak Terhadap Lingkungan
Limbah gas CO2 yang dihasilkan dari suatu pembangkit listrik
fosil adalah CO2 yang
merupakan salah satu golongan gas rumah kaca. Efek rumah kaca ini menyebabkan radiasi sinar infra merah dari
bumi akan kembali kepermukaan karena tertahan oleh gas rumah kaca. Hal inilah
yang menyebabkan terjadinya pemanasan globalpada bumi. Pemanasan global pada
bumi ini akan menimbulkan dampak yang lebih panjangyakni cairnya gunung-gunung
es di kutub. Gas sulfur oksida (SO2) dan nitrogen oksida termasuh limbah
gas yang dihasilkan dari pembakit listrik tenaga fosil. Dua jeis limbah ini
yang merupakan sumber deposisi asam.
Dampak terhadap :
|
Keterangan
|
Makhluk
Hidup
|
· Punahnya
beberapa
jenis ikan
· Mengganggu siklus
makanan
· Mengganggu pemanfaatan air untuk air minum, perikanan, pertanian
· Menimbulkan masalah
pada
kesehatan
· pernafasan
dan
iritasi
kulit
|
Vegetasi
|
· Perubahan keseimbangan nutrisi dalam
tanah
· Mengganggu pertumbuhan
tanaman
· Merusak
tanaman
· Menyuburkan pertumbuhan jamur madu
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (menjadi layu)
|
Stuktur
Bangunan
|
· Melarutkan Kalsium Karbonat pada beton,
lantai marmer
· Melarutkan tembaga dan baja
· Mempercepat
korosi pada pipa
saluran
air
· Mengikis
bangunan candi
dan patung
|
Table 2. Dampak Deposisi Asam
4) Konsevasi Atau Langkah Kedepan Untuk
Mengurangi Penggunaan Energi Fosil
Untuk
mengurangi penggunaan energi fosil dan mengurangi dampak pencemaran energi
fosil maka perlu dikembangkan energi alternative atau terbarukan, diantaranya
adalah :
a.
Energi Surya
Energi yang
berasal dari matahari, dimana energi surya diubah menjadi energi listrik
memakai sel surya.
b.
Energi Angin
Energi yang
berasal dari gerakan angina, dimana energi angina dipakai untuk memutar kincir
angina dan bila digabungkan dengan generator listrik akan menghasilkan energi
listrik.
c.
Energi Panas Bumi
Energi yang
berasal dari panas bumi, dimana tenaga panas bumi ini dipakai pada pembangkit
listrik untuk menghasilkan listrik.
d.
Energi Air
Energi yang
berasal dari pergerakan air, dimana tenaga air dipakai pada PLTA untuk
menghasilkan listrik.
e.
Energi Laut
yaitu energi yang berasal dari ombak, pasang‐surut dan suhu air laut. Energi yang tersimpan dalam air laut itu dapat digunakan sebagai pembangkit listrik.
f.
Energi bio massa
yaitu energi yang berasal dari bahan organik yang menyimpan energi matahari dalam bentuk energi kimiawi. Energi massa bio juga dapat digunakan pada pembangkit listrik.
g.
Energi Hidrogen
yaitu energi yang berasal dari gas hidrogen. Gas hidrogen dapat menghasilkan listrik memakai hydrogen fuel cell.
1) Macam-Macam Energi Fosil
a.
Batubara
Batubara merupakan sumber energi yang berasal dari fosil tumbuhan yang
telah mati berjuta-juta tahun yang lalu. Fosil tumbuhan tersebut mengalami
berbagai macam proses, diantaranya proses geologi dan kimia yang kemudian
menghasilkan batubara. Banyak pembuktian yang mendukung bahwa tumbuh-tumbuhan
sebagai unsure awal terjadinya batubara (American Chemical Society,1987).
Selama ini batubara di Indonesia
diklarifikasikan menurut nilai kalorinya menjadi tiga yaitu kalori rendah,
kalori sedanh, kalori tinggi. Batubara sebagai sumber energi primer memberikan
kontriobuasi terbesat untuk pembangkit listrik di Indonesia.
b.
Minyak Bumi
Minyak bumi (bahasa
Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus
– karang dan oleum – minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam,
adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang
berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak Bumi. Minyak bumi terdiri
dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian
besar seri alkana,
tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
c.
Gas Alam
Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil
berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4).
Ia dapat ditemukan di ladang minyak,
ladang gas bumi dan juga
tambang batu bara.
Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri
anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia
disebut biogas. Sumber biogas
dapat ditemukan di rawa-rawa,
tempat pembuangan akhir sampah,
serta penampungan kotoran manusia
dan hewan. Komponen utama
dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai
terpendek dan teringan.
Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat
seperti etana (C2H6),
propana (C3H8)
dan butana (C4H10),
selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga
merupakan sumber utama untuk sumber gas helium. Metana adalah gas
rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika
terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber
energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon,
memproduksi karbon
dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas
ke udara relatif hanya berlangsung sesaat.
2) Manfaat Energi Fosil Sebagai Pembangkit
Listrik
Berbagai
macam manfaat energi fosil dalam kehidupan ini, seperti contohnya digunakan
dalam dunia industri, transportasi dan berbagai macam laiannya. Konsumsi energi
fosil sangat lah besar, sehingga menyebabkan persediaan energi fosil semakin
menipis. Salah satu akibat tingginya angka pertumbuhan penduduk pada suatu
daerah adalah naiknya kebutuhan energi listrik.
a)
Energi fosil yang paling banyak digunakan sebagai
pembangkit listrik adalah batubara. Batubara
merupakan salah satu bahan bakara fosil yang banyak digunakan untuk pembakit
listrik. Listrik dibangkitkan denggan cara batubara dibakar untuk memanaskan
air dalam bejana guna menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan akan memutar turbin
dan menghsilkan listrik. Hal ini juga hampir sama dengan penggunaan minyak bumi
sebagai pembangkit energi listrik.
b)
Bentuk sederhana pembangkit tenaga
listrik dengan bahan bakar gas alam adalah turbin gas.
Dalam bentuk sederhana ini, gas buangnya masih mempunyai temperatur
yang relatif tinggi (sekitar 540 OC) dan masih dapat dibentuk satu
siklus uap yang disebut gas combined
cycle. Turbin gas terdiri atas
kompresor, ruang bakar, turbin dan generator. Kompresor
memampatkan udara dari luar menjadi udara yang bertekanan tinggi sekitar 10 bar sampai 15 bar dan diumpankan ke ruang bakar. Gas alam
diinjeksikan melalui ozzle ke ruang bakar. Bersama-sama dengan udara bertekanan
tinggi, gas alam dibakar di ruang bakar. Gas hasil pembakaran mempunyai temperatur sekitar 1000oC dan dialirkan ke turbin yang akan
menggerakkan rotor yang dihubungkan dengan generator listrik.
Gas turbin mempunyai efisiensi yang rendah. Dengan makin
meingkatnya kebutuhan tenaga listrik, dibutuhkan juga
pembangkit tenaga listrik yang mempunyai efisiensi yang
tinggi untuk menghemat pemakaian bahan bakar. Pembangkit
tenaga listrik dengan gas combined cycle merupakan pemecahannya dan dapat mencapai
efisiensi termal sebesar 50 %.
3) Dampak Negatif Penggunaan Energi Fosil
Terhadap Aspek-Aspek Kehidupan
Sebagai negara kepulauan yang
terletak di daerah equator, Indonesia
rentan
terhadap
dampak pemanasan
global dan
perubahan
iklim. Oleh karena itu, meski
tidak memiliki
kewajiban spesifik untuk mengurangi emisi GRK, Indonesia perlu berpartisipasi dalam upaya kolektif dunia mengurangi konsentrasi GRK di atmosfer bumi. Usaha pengurangan konsentrasi
GRK memiliki kaitan yang sangat erat dengan masalah penyediaan energi, karena mayoritas GRK berasal dari pembakaran bahan
bakar fosil. Di
sisi
lain, harga energi
merupakan
isu
sensitif, baik
dari segi pertumbuhan ekonomi ataupun sosial politik. Oleh karena itu, pertumbuhan energi yang berkelanjutan memiliki
tiga dimensi
yang saling
terkait, yakni ketahanan energi
domestik, pertumbuhan ekonomi, dan aspek lingkungan
hidup.
Ditinjau dari jumlah produksi
dan cadangan bahan bakar fosil yang tersedia, Indonesia perlu segera beralih dari ketergantungan terhadap minyak bumi. Bila dilihat dari faktor lingkungan, jumlah cadangan,
dan teknologi, gas alam merupakan bahan bakar yang sesuai untuk
menggantikan posisi
minyak bumi di sektor
transportasi,
industri, dan
rumah
tangga.
Dari kacamata
aspek ekonomi dan
jumlah
cadangan
sumber energi, dapat dipahami terjadinya peningkatan
penggunaan batubara. Namun dari segi aspek lingkungan hidup, peningkatan
penggunaan batubara tanpa intervensi teknologi untuk menurunkan emisi pembakaran batubara bertentangan dengan semangat
penanggulangan pemanasan
global
dan perubahan
iklim.
Di masa mendatang, tingginya kebutuhan domestik pada gas alam dan batubara menuntut adanya
pengarusutamaan kebutuhan domestik
dibandingkan ekspor. Berbagai
macam dampak negatif penggunaan energi fosil dalam kehidupan dan pembangkit
listrik tenaga fosil.
a.
Dampak Sumber Daya Alam
Dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik maka akan dibutuhkan
pembangunan pembangkit yang lebih banyak sehingga akan berakibat pada
exploitasi SDA yang semakin meningkat. Hal ini berdampak pada menurunnya
cadanggan SDA yang ada. Sumber daya energi khususnya yang tidak terbaharuukan seperti
minyak, gas, batubara semakin lama akan
semakin berkurang sesuai dengan pemakaian yang terus meningkat. Hal itu
menyebabkan krisis energi. Dibawah ini adalah data tahun 2005 cadangan energi
fosil Indonesia.
Energi
|
Total
Cadangan
|
Cadangan
Terbukti
|
Produksi
|
Perbandingan
|
Minyak
|
9,6
Milyar bbl
|
5 Milyard bbl
|
0,5 Milyard bbl
|
23
tahun
|
Gas
|
170
TSCF
|
87
TSCF
|
2,9
TSCF
|
62
tahun
|
Batubara
|
38
Milyar
Ton
|
6.5
Milyard
Ton
|
73
Juta Ton
|
146
tahun
|
Tabel 1. Cadangan Energi Fosil Indonesia Tahun 2005
b.
Dampak Terhadap Lingkungan
Limbah gas CO2 yang dihasilkan dari suatu pembangkit listrik
fosil adalah CO2 yang
merupakan salah satu golongan gas rumah kaca. Efek rumah kaca ini menyebabkan radiasi sinar infra merah dari
bumi akan kembali kepermukaan karena tertahan oleh gas rumah kaca. Hal inilah
yang menyebabkan terjadinya pemanasan globalpada bumi. Pemanasan global pada
bumi ini akan menimbulkan dampak yang lebih panjangyakni cairnya gunung-gunung
es di kutub. Gas sulfur oksida (SO2) dan nitrogen oksida termasuh limbah
gas yang dihasilkan dari pembakit listrik tenaga fosil. Dua jeis limbah ini
yang merupakan sumber deposisi asam.
Dampak terhadap :
|
Keterangan
|
Makhluk
Hidup
|
· Punahnya
beberapa
jenis ikan
· Mengganggu siklus
makanan
· Mengganggu pemanfaatan air untuk air minum, perikanan, pertanian
· Menimbulkan masalah
pada
kesehatan
· pernafasan
dan
iritasi
kulit
|
Vegetasi
|
· Perubahan keseimbangan nutrisi dalam
tanah
· Mengganggu pertumbuhan
tanaman
· Merusak
tanaman
· Menyuburkan pertumbuhan jamur madu
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (menjadi layu)
|
Stuktur
Bangunan
|
· Melarutkan Kalsium Karbonat pada beton,
lantai marmer
· Melarutkan tembaga dan baja
· Mempercepat
korosi pada pipa
saluran
air
· Mengikis
bangunan candi
dan patung
|
Table 2. Dampak Deposisi Asam
4) Konsevasi Atau Langkah Kedepan Untuk
Mengurangi Penggunaan Energi Fosil
Untuk
mengurangi penggunaan energi fosil dan mengurangi dampak pencemaran energi
fosil maka perlu dikembangkan energi alternative atau terbarukan, diantaranya
adalah :
a.
Energi Surya
Energi yang
berasal dari matahari, dimana energi surya diubah menjadi energi listrik
memakai sel surya.
b.
Energi Angin
Energi yang
berasal dari gerakan angina, dimana energi angina dipakai untuk memutar kincir
angina dan bila digabungkan dengan generator listrik akan menghasilkan energi
listrik.
c.
Energi Panas Bumi
Energi yang
berasal dari panas bumi, dimana tenaga panas bumi ini dipakai pada pembangkit
listrik untuk menghasilkan listrik.
d.
Energi Air
Energi yang
berasal dari pergerakan air, dimana tenaga air dipakai pada PLTA untuk
menghasilkan listrik.
e.
Energi Laut
yaitu energi yang berasal dari ombak, pasang‐surut dan suhu air laut. Energi yang tersimpan dalam air laut itu dapat digunakan sebagai pembangkit listrik.
f.
Energi bio massa
yaitu energi yang berasal dari bahan organik yang menyimpan energi matahari dalam bentuk energi kimiawi. Energi massa bio juga dapat digunakan pada pembangkit listrik.
g.
Energi Hidrogen
yaitu energi yang berasal dari gas hidrogen. Gas hidrogen dapat menghasilkan listrik memakai hydrogen fuel cell.