Laporan
Praktikum Pengukuran Besaran Listrik
1. Identitas Praktikum
a) Unit praktikum : Pengukuran Besaran Listrik
b) Tempat : Laboratorium Teknik Elektro
c) Jam : 11.00 WIB-selesai
2. Tujuan Percobaan
a) Mengetahui cara menggunakan dan
mengoperasikan CRO (Chatode Ray Osciloscope).
b) Mampu menghitung dan mengubah nilai
frekwensi dengan CRO (Chatode Ray Osciloscope).
c) Mampu menganalisis bentuk (tinggi dan
lebar gelombang) dari hasil praktikum yang ditunjukkan oleh CRO (Chatode Ray
Osciloscope).
3. Alat dan Bahan
a)1 set CRO (Chatode Ray Osciloscope)
b) Kabel penghubung
c) LFG (alat untuk mengatur besar kecilnya
frekwensi)
4. Dasar Teori
Oscilloscope adalah alat ukur yang mana dapat
menunjukkan kepada anda 'bentuk' dari sinyal listrik dengan menunjukkan grafik
dari tegangan terhadap waktu pada layarnya. Itu seperti layaknya voltmeter
dengan fungsi kemampuan lebih, penampilan tegangan berubah terhadap
waktu.Sebuah graticule setiap 1cm grid membuat anda dapat melakukan pengukuran
dari tegangan dan waktu pada layar (sreen). Sebuah grafik, biasa disebut trace
/jejak, tergambar oleh pancaran electron menumbuk lapisan phosphor dari layar
menimbulkan pancaran cahaya, biasanya berwarna hijau atau biru. Ini sama dengan
pengambaran pada layar televisi.
Oscilloscope terdiri dari tabung vacuum dengan
sebuah cathode (electrode negative ) pada satu sisi yang menghasilkan pancaran
electron dan sebuah anode ( electrode positive ) untuk mempercepat gerakannya
sehingga jatuh tertuju pada layar tabung. Susunan ini disebut dengan electron
gun. Sebuah tabung juga mempunyai elektroda yang menyimpangkan pancaran
elektron keatas/kebawah dan kekiri/kekanan. Elektron-elektron disebut pancaran sinar
katoda sebab mereka dibangkitkan oleh cathode dan ini menyebabkan oscilloscope
disebut secara lengkap dengan cathode ray oscilloscope atau CRO.
Sebuah oscilloscope dual trace dapat menampilkan
jejak rangkap/dua pada layarnya, untuk mempermudah pembandingan sinyal input
dan output dari sebuah amplifier sebagai contohnya. Maka dibutuhkan biaya
tambahan untuk kemampuan tersebut.
Setting up sebuah oscilloscope
Jejak pada layar osciloskope adalah grafik
tegangan terhadap waktu. Bentuk grafik mengejawantahkan gambaran sinyal asli
masukan. Penandaan batasan grafik, adalah frekuensi atau jumlah getar perdetik.
Diagram menampilkan sebuah gelombang sinus tetapi batasan dikenakan pada bentuk
sinyal yang tetap.
a.
Amplitude adalah tegangan maksimum yang dapat
dicapai sinyal, diukur dalam volts, V.
b.
Tegangan Puncak merupakan nama lain untuk amplitudo
.
c.
Teganagn puncak ke puncak adalah dua kali tegangan
puncak (amplitudo). Biasanya pembacaan pada osciloskope saat pengukuran adalah
tegangan puncak ke puncak.
d.
Perioda adalah waktu yang diperlukan untuk membentuk
satu sinyal penuh. Diukur dalam detik (s), tetapi perioda dapat sependek
millidetik (ms) dan microdetik (µs) biasa digunakan juga. 1ms = 0.001s dan 1µs
= 0.000001s.
e.
Frekuensi banyaknya putaran/getar per detik, diukur
dalam hertz (Hz), tapi frekuensi dapat setinggi kilohertz (kHz) dan megahertz
(MHz) maka digunakan. 1kHz = 1000Hz dan 1MHz = 1000000Hz.
Dalam praktikum ini ditekankan mengukur frekwensi
secara langsung tanpa frekwensi pembanding, yang artinya penunjukkan pada CRO
langsung dibaca kemudian dihitung sesuai dengan lebar gelombang dan skala time
cm atau sweep frekwensi yang dipakai untuk menenpatkan hasil frekwensi yang
dipakai. Jika kita mengukur frekwensi dari output LFG maka output LFG
dihubungkan dengan vertikal in dari CRO, saklar ditempatkan pada posisi AC.
Agar gejala dapat jelas diamati, amplitudo LFG diatur disesuaikan dengan
vertikal gain atau volt div yang dipakai. Selanjutnya frekwensi diatur pada
sembarang frekwensi dan saklar time cm atau sweep freuensi diatur agar gejala
yang diukur dapat jelas terbaca lebarnya. Jika misalnya lebar periode gejala
yang terlihat pada CRO adalah X cm, sedangkan saklar time cm pada posisi 1
detik, maka besarnya waktu T = X x Y detik. Dengan demikian maka besarnya
frekwensi dapat dihitung yaitu F = 1/X.Y.
5. Langkah Kerja
a) Siapkan alat dan bahan
b) Merencanakan prosedur pengukuran
menggunakan CRO (Chatode Ray Osciloscope).
c) Rangkai alat praktrek sesuai dengan
pertunjuk prakrikum
d) Kalibrasikan CRO (Chatode Ray Osciloscope).
e) Analisis hasil pratikum dan buat
kesimpulan.
7. Hasil Percobaan dan Analisis
A. Hasil Percobaan
No
|
Volt/Div
|
Time/Div
|
Tinggi dan Lebar
Gelombang (X,Y)
|
Pengaturan Frekwensi
Dengan Alat LFG
|
Hasil Frekwensi Dengan
Rumus
|
Selisih
|
1
|
1 volt
|
5 ms
|
Y : 1, X : 2
|
100 Hz
|
100 Hz
|
0
|
2
|
1 volt
|
1 ms
|
Y : 1, X : 1
|
1 kHz
|
1 kHz
|
0
|
3
|
1 volt
|
50 μs
|
Y : 1 , X : 2
|
10 kHz
|
10 kHz
|
0
|
4
|
1 volt
|
5 μs
|
Y: 1, X:
2
|
100 kHz
|
100 kHz
|
0
|
5
|
1 volt
|
2 ms
|
Y : 1,X :2.5
|
200 Hz
|
200 Hz
|
0
|
6
|
1 volt
|
50μs
|
Y : 1, X : 1
|
20 kHz
|
20 kHz
|
0
|
7
|
1 volt
|
5 μs
|
Y : 1, X : 1
|
200 kHz
|
200 kHz
|
0
|
8
|
1 volt
|
0,5 ms
|
Y : 1, X : 1
|
2 kHz
|
2 kHz
|
0
|
9
|
1 volt
|
20 μs
|
Y : 1, X : 2
|
30 kHz
|
25 kHz
|
5 kHz
|
10
|
1 volt
|
2 ms
|
Y : 1, X : 2
|
300 Hz
|
250 Hz
|
50 Hz
|
11
|
1 volt
|
0,2 ms
|
Y : 1, X :1.8
|
3 kHz
|
2.7 kHz
|
0.3 kHz
|
12
|
1 volt
|
2 μs
|
Y : 1, X :1.8
|
300 kHz
|
277 kHz
|
23 kHz
|
13
|
1 volt
|
2 μs
|
Y : 1, X : 1
|
500 kHz
|
500 kHz
|
0
|
14
|
1 volt
|
20 μs
|
Y : 1, X : 1
|
50 kHz
|
50 kHz
|
0
|
15
|
1 volt
|
0,1 ms
|
Y : 1, X : 2
|
5 kHz
|
5 kHz
|
0
|
B. Analisis
Untuk mencari hasil frekwensi dapat menggunakan rumus seperti di bawah
ini :
Atau lebih jelasnya frekwensi = 1/ (time/dive x lebar gelombang)
8. Kesimpulan
Dari hasil praktikum pengukuran frekwensi didapatkan hasil yang berbeda.
Hasil pengaturan frekwensi menggunakan LFG dengan menggunakan rumus sedikit
berbeda. Di bawah ini adalah selisih pengukurannya :
No
|
Volt/Div
|
Time/Div
|
Tinggi dan Lebar
Gelombang (X,Y)
|
Pengaturan Frekwensi
Dengan Alat LFG
|
Hasil Frekwensi Dengan
Rumus
|
Selisih
|
1
|
1 volt
|
20 μs
|
Y : 1, X : 2
|
30 kHz
|
25 kHz
|
5 kHz
|
2
|
1 volt
|
2 ms
|
Y : 1, X : 2
|
300 Hz
|
250 Hz
|
50 Hz
|
3
|
1 volt
|
0,2 ms
|
Y : 1, X :1.8
|
3 kHz
|
2.7 kHz
|
0.3 kHz
|
4
|
1 volt
|
2 μs
|
Y : 1, X :1.8
|
300 kHz
|
277 kHz
|
23 kHz
|
Selisih pengukuran bisa terjadi karena ada beberapa faktior, diantaranya
adalah :
1. Faktor Alat Ukur
Perbedaan hasil ukur antara
alat ukur dengan rumus teori bisa terjadi karena adanya faktor kesalahan alat
ukur itu sendiri. Alat ukur yang sudah tua terutama alat ukur analog
kemungkinan terjadi kerusakan komponen di dalamnya semakin besar terutama bagian
pegas pada jarum ukur. Sehingga mempengaruhi hasil ukur, beda dengan alat ukur
digital.
2. Faktor Manusia
Perbedaan hasil ukur bisa
terjadi karena adanya faktor kesalahan manusia (human eror) dalam menghitung
hasil praktek. Terutama kecermatan dan peletakan alat ukur dalam mengukur
kurang benar ataupun kurang tepat, sehingga terjadi kesalahan hitung
BalasHapushallo teman2x jika mau belajar komputer online di asianbrilliant aja , enak loh bisa belajar dimana saja kapan saja lebih
flexible. kalo mau bukti bisa di lihat websitenya di www.asianbrilliant.com atau cari di google kursus
komputer, kursus online, kursus, tempat kursus